Thursday, July 22, 2010

Sedang membaca buku 'Keikhlasan dan Persaudaraan'

Karya Badiuzzaman Said Nursi, mujahid dan ulama' dari Turki. Buku "al-Ikhlas wal Ukhuwwah" diterjemahkan oleh Nasir Ismail. Moga diri yang mengharapkan lahir keikhlasan dalam hati ini mendapat manfaat. akan ku kongsi sedikit kefahaman tentang penulisan ini sedikit masa lagi.

Selawat dan salam ke atas junjungan Nabi Muhammad sallallahu alaihi wa salam dan keluarga baginda.

Monday, July 19, 2010

Terapi Solat Tahajud:

Terapi Solat Tahajud: Mukjizat Penyembuh Penyakit...oleh Dr Mohammad Salleh.
Sedang cuba habiskan buku ini. Banyak istilah sains yang sukar untuk difahami tapi akan ku usahakan dengan bertanya kepada yang lebih arif dan juga surf internet hehe... Mudah-mudahan aku juga sihat akal fikiran dengan bertambahnya amalan...Kamu semua juga ku doakan!

Buku tamat baca bulan Mei 2010

Menitis airmata tatkala membaca buku Travelog Haji Mengubah Sempadan Iman air tangan Prof. Dr. Muhd Kamil Ibrahim

Sebelum membaca buku ini aku rasa dah beberapa kali pernah terlihat buku ni di rak-rak kedai-kedai buku. Tanpa dirancang pada bulan Mei yang lepas aku ikut ahli usrah, Makcik Ram ke Muzium Shah Alam untuk menjadi penyambut tetamu. Malu sekali bila ku ingat yang sesunggahnya aku telah bersalaman dengan Puan Roza, isteri Prof M.Kamil tanpa mengetahui yang aku sedang bersalaman dengan speakers program...boleh berpeluh akibat malu. Puan Roza terlebih dahulu memberi salam dan terus bertanyakan nama penyambut tetamu yang berpakaian serba hitam ini. Secara psikologi, manusia gembira dan lebih cepat mesra apabila seseorang terlebih dahulu bertanyakan namanya. Rasa dihargai. Bijak Puan Roza   (^_^)
 Air tangan Puan Roza



Buku Travelog Dakwah Meniti Hari Esok sebenarnya merupakan buku pertama yang saya habiskan sebelum buku Travelog Haji dan Travelog Cinta Abadi...saya menggemari buku ini... bagi teman-teman yang merasakan membuat perubahan dalam diri adalah satu kesukaran yang amat-amat.....tanya diri kita, BILA LAGI KALAU BUKAN SEKARANG?

Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in

HABIB RIZIEQ FPI
Di tengah-tengah beratnya godaan, yang terus-menerus dialami dengan segala bentuknya, dan mereka dapat selamat dari semua godaan, tanpa sedikitpun tersentuh oleh godaan dan hawa nafsu yang datang dari setan. Golongan ini, berkata, “Sesungguhnya jiwa hanya dapat lurus dengan ibadah yang sulit dan berat, karena jiwa mempunyai karakter malas, dan menyukai kerendahan dan kehinaan. Ia tidak dapat menjadi lurus, kecuali dengan melakukan hal-hal yang berat dan memikul kesulitan.”

Meninggalkan segala kenikmatan, kemewahan, angan-angan akan keindahan dunia, harta yang banyak , semuanya harus dipupus. Selain itu, harus meninggalkan orang-orang yang selalu menawarkan kenikmatan, keindahan, pangkat, serta buaian wanita-wanita yang cantik, dan dengan segala bujukan keindahan dan kenikmatan yang selalu ditawarkannya. Semuanya itu hanyalah akan mendera jiwa dan bathinnya,dan tak akan dapat membuat dirinya mencapai maqam 'Iyyaka Na'budi wa Iyyaka Nata'in".

Tidak mungkin dapat mencapai maqam ‘Iyyaka Na’budu’ bagi jiwa dan bathin orang-orang yang terus menerus hidupnya dipenuhi dengan khayalan dan dikotori oleh kehidupan dunia, yang tidak pernah henti-henti. Kehidupan dunia hanyalah ambisi orang-orang yang lalai, dan tidak menyukai maqam ‘Iyyaka Na’budu”, karena hakikatnya mereka tidak lagi mempercayai janji dari Allah Azza Wa Jalla. Mereka ini hanyalah menjadi budak dunia, dan kemudian berwala’ (memberikan loyalitasnya) kepada hamba-hamba setan.

Bagi mereka yang menginginkan maqam ‘Iyyaka Na’budu’, hanya dapat dicapai dengan melakukan hal-hal yang berat dan memikul kesulitan. Kesulitan dan beban berat yang harus dipikul, pasti akan bermunculan dalam kehidupan ini, terutama bagi mereka yang ingin mencapai maqam ‘Iyyaka Na’budu’, karena tantangan dalam kehidupan jahiliyah, yang tak lagi mengenal batas-batas, yang sudah ditetapkan dalam Qur’an dan Sunnah. Kencintaan pada hawa nafsunya telah membawa mereka meninggalkan segala kebaikan yang bersifat fitrah yang diberikan oleh Allah Azza Wa Jalla kepada mereka.

Bagi mereka yang ingin menggapai maqam 'Iyyaka Na'budu", orientasi hidup mereka hanyalah mencari ridho Allah. Tidak mencari ridho makhluk termasuk manusia. Ketika, ibadah utama di masa jihad adalah mengutamakan jihad, dan meninggalkan wirid-wirid, seperti shalat malam, dan puasa sunah pada siang hari, bahkan sampai meninggalkan kesempurnaan shalat fardhu seperti dalam kondisi aman. Mereka pergi berjihad di jalan Allah Rabbul Alamin.

Karena mereka tahu bagi mereka yang memiliki maqam ‘Iyyaka Na’budu’, nilai berjihad itu lebih utama, dan akan janji Allah Azza Wa Jalla, di mana akan memasukkan ke dalam surga-Nya, tanpa melalui hisab, bagi mereka yang mati syahid. Betapa indahnya kehidupan bakal digapai kelak di akhirat.

Bagi mereka yang ingin mendapatkan maqam 'Iyyaka Na'budi', lebih menyukai bangun malam, melakukan shalatul lail, membaca Qur’an, berdo’a, berdzikir, beristighfar, meninggalkan segala urusan saat datangnya adzan, melaksanakan shalat fardhu dengan penuh ikhlas, dan pergi ke masjid-masjid shalat berjamaah. Mereka tetap shalat berjamaah dalam kondisi apapun. Tidak sekali-kali masbukh. Masjid sebagai ‘Baitullah’ lebih utama dari segalanya. Tidak berarti apapun baginya, kecuali hanya masjid yang berharga bagi kehidupannya, di mana setiap saat sesuai dengan ketentuan Rabbnya, dan selalu melaksanakannya dengan penuh keikhlasan dan kesungguhan.



Saat orang-orang membutuhkan pertolongan baik jabatan, fisik, maupun harta, maka ia akan segera memberikan pertolongan, dan berpikir panjang tentang pribadinya, dan mensegerakan kepentingan dari saudaranya yang tertimpa musibah.

Ketika membaca Qur’an, tak ada lagi yang diingatnya, karena Qur’an itu adalah ‘Kalamullah’, dan membaca dengan sepenuh hati, memahami makna-maknanya, dan berjanji melaksanakan semua perintah-Nya. Seperti generasi Salaf, yang terus melaksanakan apa saja, yang diperintahkan oleh Allah Azza Wa Jalla, sehingga mereka mendapatkan kemuliaan dan kejayaan.

Ketika, menjelang hari terakhir di bulan Ramadhan, ia tinggalkan semunya, dan beri’tikaf di masjid-masjid, dan hanya mengharapkan datangnya maghfirah dari Rabbnya. Tidak lagi menyibukkan diri dengan kehidupan dunia, yang justru akan merusak hari terakhir puasa, yang akan membawanya kepada golongan muttaqin.

Mencapai maqam ‘Iyyaka Na’budu’ sebuah perjuangan yang sangat berat bagi manusia. Karena manusia selalu digoda oleh hawa nafsunya, dan sifat malasnya untuk melakukan kebaikan dan mencintai Rabbnya.

Manusia jahiliyah hidupnya hanyalah dipenuhi dengan berebut sekerat kehidupan dunia, yang diakhirat menjadikan mereka golongan yang merugi. Wallahu’alam.

Kenangan

Selalu aku kenang-kenang kembali zaman persekolahan ada saja perkara-perkara bodoh yang melucukan, yang membuatkan aku tersenyum-senyum sendiri. Ada juga yang perit, namun bila ditimbang semula, bersyukur aku kerana Allah sayangkan hambaNya ini.


Teman-teman seperjuangan di alam persekolahan SMAKK 2001-2002
Dihadapan pagar asrama puteri.. ^_^ luv u my frens

Saturday, July 17, 2010

Mengenal diri dan Pencipta

     Sering aku merasakan bahawa sejak menginjak usia 20-an hidup ku beza sekali. Seolah-olah usia belasan tahun itu bukan dilalui oleh aku bahkan orang lain. Kedua-dua zaman amat berbeza perjalanannya, hanya yang sama ialah jiwa yang menjeruk rasa. Ada yang menamakan hati yang menjeruk rasa ini sebagai jalan menuju kedewasaan, ada juga yang menamakannya tidak redha dengan qada dan qadar Allah s.w.t. Namun, bagi hamba Allah yang kerdil ini, itu ialah hati yang terluka.
    Hanya kecintaan kepada Allah dapat mengubat hatiku, kerana Dia yang membolak-balik hati kita, hamba-hambaNya, makhluq. Moga Allah s.w.t memudahkan jalan menuju kepadaNya kerana aku terlalu rindu kasih sayangNya. Ingin benar aku rasai cintaNya hingga tertanya-tanya bagaimana nikmat menjadi insan kecintaanNya. Hingga hatiku hiba dan terlalu sakit untuk bangun mencari-cari bantuan menggapai kasihNya kerana aku sudah malu untuk meminta, tidak terhingga pemberianNya, hanyasanya aku bertaubat dan kemudian berbuat dosa lagi... sedang yakin benar dalam hatiku, Dia sentiasa bersamaku, hanya belum tersingkap hijab kerana hati ku yang kotor... Ya Allah, hanya Engkau tempat bergantung dan berharap, permudahkan perjalanan rohani dan jasmani ini kepada-Mu...aku mahu jadi kecintaanMu.